Definisi Audit
Audit berarti
membandingkan antara kegiatan yang diaudit dan kegiatan yang seharusnya
terjadi, membandingkan antara kondisi dan kriterianya. Pengertian
audit menurut PSAK (Pernyataan Standar Audit Keuangan) adalah
suatu proses sistematik yang bertujuan untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti
yang dikumpulkan atas pernyataan atau asersi tentang aksi-aksi ekonomi,
kejadian-kejadian dan melihat tingkat hubungan antara pernyataan atau asersi
dan kenyataan, serta mengomunikasikan hasilnya kepada yang berkepentingan.
Sedangkan menurut pendapat beberapa ahli audit dapat di artikan sebagai
berikut, yaitu :
a. Menurut Arens and
Loebbecke (Auditing: An Integrated Approach, eight edition, 2000:9),
Audit adalah kegiatan mengumpulkan dan mengevaluasi dari bukti-bukti mengenai
informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi
dengan kriteria yang telah ditetapkan. Proses audit harus dilakukan oleh orang
yang kompeten dan independent.
b. Menurut The
American Accounting Association’s Committee on Basic Auditing Concepts (Auditing:
Theory And Practice, edisi 9, 2001:1-2) audit merupakan suatu proses yang
sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai
pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi dengan tujuan umtuk menetapkan
tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang
telah ditetapkan serta menyampaikan hasilnya kepada pemakai yang
berkepentingan.
c. Menurut William F.
Meisser, Jr (Auditing and Assurance Service, A Systematic Approach,
2003:8) audit adalah proses yang sistematik dengan tujuan mengevaluasi bukti
mengenai tindakan dan kejadian ekonomi untuk memastikan tingkat kesesuaian
antara penugasan dan kriteria yang telah ditetapkan, hasil dari penugasan
tersebut dikomunikasikan kepada pihak pengguna yang berkepentingan.
Tujuan Audit
Tujuan audit secara umum dapat diklasifikasilkan sebagai berikut :
- Kelengkapan (Completeness). Untuk meyakinkan bahwa
seluruh transaksi telah dicatat atau ada dalam jurnal secara aktual telah
dimasukkan.
- Ketepatan (Accurancy). Untuk memastikan transaksi
dan saldo perkiraan yang ada telah dicatat berdasarkan jumlah yang benar,
perhitungan yang benar, diklasifikasikan, dan dicatat dengan tepat.
- Eksistensi (Existence). Untuk memastikan bahwa semua
harta dan kewajiban yang tercatat memiliki eksistensi atau keterjadian
pada tanggal tertentu, jadi transaksi tercatat tersebut harus benar-benar
telah terjadi dan tidak fiktif.
- Penilaian (Valuation). Untuk memastikan bahwa
prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum telah diterapkan dengan benar.
- Klasifikasi (Classification). Untuk memastikan bahwa
transaksi yang dicantumkan dalam jurnal diklasifikasikan dengan tepat.
Jika terkait dengan saldo maka angka-angka yang dimasukkan didaftar klien
telah diklasifikasikan dengan tepat.
- Ketepatan (Accurancy). Untuk memastikan bahwa semua
transaksi dicatat pada tanggal yang benar, rincian dalam saldo akun sesuai
dengan angka-angka buku besar. Serta penjumlahan saldo sudah dilakukan
dengan tepat.
- Pisah Batas (Cut-Off). Untuk memastikan bahwa
transaksi-transaksi yang dekat tanggal neraca dicatat dalam periode yang
tepat. Transaksi yang mungkin sekali salah saji adalah transaksi yang
dicatat mendekati akhir suatu peride akuntansi.
- Pengungkapan (Disclosure). Untuk meyakinkan bahwa saldo
akun dan persyaratan pengungkapan yang berkaitan telah disajikan dengan
wajar dalam laporan keuangan dan dijelaskan dengan wajar dalam isi dan
catatan kaki laporan tersebut.
Sistem Informasi
Sistem Informasi (SI) adalah
kombinasi dari teknologi informasi dan aktivitas orang yang menggunakan
teknologi itu untuk mendukung operasi dan manajemen. Dalam arti yang sangat
luas, istilah sistem informasi yang sering digunakan merujuk kepada interaksi
antara orang, proses algoritmik, data, dan teknologi. Dalam pengertian ini,
istilah ini digunakan untuk merujuk tidak hanya pada penggunaan organisasi
teknologi informasi dan komunikasi (TIK), tetapi juga untuk cara di mana orang
berinteraksi dengan teknologi ini dalam mendukung proses bisnis.
Pengertian sistem informasi menurut
pendapat para ahli, yaitu :
a. Menurut John
F. Nash
Sistem Informasi adalah kombinasi dari
manusia, fasilitas atau alat teknologi, media, prosedur dan pengendalian yang
bermaksud menata jaringan komunikasi yang penting, proses atas
transaksi-transaksi tertentu dan rutin, membantu manajemen dan pemakai intern
dan ekstern dan menyediakan dasar pengambilan keputusan yang tepat.
b. Menurut Henry
Lucas
Sistem Informasi adalah suatu kegiatan dariprosedurprosedur yang
diorganisasikan, bilamana dieksekusi akan menyediakan informasi untuk mendukung
pengambilan keputusan dan pengendalian di dalam.
Tujuan Audit Sistem Informasi
1. Mengamankan Asset
Aset (aktiva) yang
berhubungan dengan instalasi sistem informasi mencakup: perangkat keras
(hardware), perangkat lunak (software), manusia (people), file data,
dokumentasi sistem, dan peralatan pendukung lainnya.
2. Menjaga Integritas
Data
Integritas data
berarti data memiliki atribut: kelengkapan, baik dan dipercaya, kemurnian, dan
ketelitian. Tanpa menjaga integritas data, organisasi tidak dapat
memperlihatkan potret dirinya dengan benar atau kejadian yang ada tidak
terungkap seperti apa adanya.
Keputusan maupun
langkah-langkah penting di organisasi salah sasaran karena tidak didukung
dengan data yang benar. Oleh karena itu, upaya untuk menjaga integritas data,
dengan konsekuensi akan ada biaya prosedur pengendalian yang dikeluarkan harus
sepadan dengan manfaat yang diharapkan.
3. Menjaga Efektifitas
Sistem
Sistem informasi
dikatakan efektif hanya jika sistem tersebut dapat mencapai tujuannya.
perlu upaya untuk mengetahui kebutuhan pengguna sistem tersebut (user), apakah
sistem menghasilkan laporan atau informasi yang bermanfaat bagi user. Auditor
perlu mengetahui karakteristik user berikut proses pengambilan keputusannya.
Biasanya audit
efektivitas sistem dilakukan setelah suatu sistem berjalan beberapa waktu.
Manajemen dapat meminta auditor untuk melakukan post audit guna menentukan
sejauh mana sistem telah mencapai tujuan.
4. Efisiensi
Dikatakan efisien jika
ia menggunakan sumberdaya seminimal mungkin untuk menghasilkan output yang
dibutuhkan. Pada kenyataannya, sistem informasi menggunakan berbagai
sumberdaya, seperti mesin, dan segala perlengkapannya, perangkat lunak, sarana
komunikasi dan tenaga kerja yang mengoperasikan sistem tersebut.
Tahapan Audit Sistem Informasi
a. Perencanaan (Planning)
Tahap perencanaan ini
yang akan dilakukan adalah menentukan ruang lingkup (scope), objek yang akan
diaudit, standard evaluasi dari hasil audit dan komunikasi dengan managen pada
organisasi yang bersangkutan dengan menganalisa visi, misi, sasaran dan tujuan
objek yang diteliti serta strategi, kebijakan-kebijakan yang terkait dengan
pengolahan investigasi.
Perencanaan meliputi beberapa aktivitas utama,
yaitu:
· Penetapan ruang
lingkup dan tujuan audit
· Pengorganisasian tim
audit
· Pemahaman mengenai
operasi bisnis klien
· Kaji ulang hasil audit
sebelumnya
· Penyiapan program
audit
b. Pemeriksaan Lapangan (Field
Work)
Tahap ini yang akan
dilakukan adalah pengumpulan informasi yang dilakukan dengan cara mengumpulkan
data dengan pihak-pihak yang terkait. Hal ini dapat dilakukan dengan menerapan
berbagai metode pengumpulan data yaitu: wawancara, quesioner ataupun melakukan
survey ke lokasi penelitian.
c. Pelaporan (Reporting)
Setelah proses
pengumpulan data, maka akan didapat data yang akan diproses untuk dihitung
berdasarkan perhitungan maturity level. Pada tahap ini yang akan
dilakukan memberikan informasi berupa hasil-hasil dari audit. Perhitungan
maturity level dilakukan mengacu pada hasil wawancara, survey dan rekapitulasi
hasil penyebaran quesioner. Berdasarkan hasil maturity level yang mencerminkan
kinerja saat ini (current maturity level) dan kinerja standard atau
ideal yang diharapkan akan menjadi acuan untuk selanjutnya dilakukan analisis
kesenjangan (gap). Hal tersebut dimaksudkan untuk mengetahui kesenjangan
(gap) serta mengetahui apa yang menyebabkan adanya gap tersebut.
d. Tindak Lanjut (Follow
Up)
Tahap ini yang
dilakukan adalah memberikan laporan hasil audit berupa rekomendasi tindakan
perbaikan kepada pihak managemen objek yang diteliti, untuk selanjutnya
wewenang perbaikan menjadi tanggung jawab managemen objek yang diteliti apakah
akan diterapkan atau hanya menjadi acuhan untuk perbaikan dimasa yang akan
datang.
Menurut Weber (2001),
tahapan-tahapan audit sistem informasi terdiri dari:
a. Investigasi dan
Penyelidikan Awal
Merupakan tahapan
pertama dalam audit bagi auditor eksternal yang berarti menyelidiki dari awal
atau melanjutkan yang ada unutk menentukan apakah pemeriksaan tersebut dapat
diterima, penempatan staf audit yang sesuai melaukan pengecekan informasi latar
belakang klien, mengerti kewajiban utama dari klien dan mengidentifikasi area
resiko.
b. Pengujian atas Control
(Tests of Controls)
Tahap ini dimulai
dengan pemfokusan pada pengendalian menegemen, apabila hasil yang ada tidak
sesuai dengan harapan, maka pengendalian manegemen tidak berjalan sebagai mana
mestinya. Apabila auditor menemukan kesalahan yang serius pada pengendalian
manegemen, maka mereka akan mengemukakan opini atau mengambil keputusan dalam
pengujian transaksi dan saldo untuk hasilnya.
c. Pengujian atas
Transaksi (Tests of Transaction)
Pengujian yang termasuk
adalah pengecekan jurnal yang masuk dari dokumen utama, menguji nilai kekayaan
dan ketepatan komputasi. Komputer sangat berguna dalam pengujian ini dan
auditor dapat mengunakan software audit yang umum untuk mengecek apakah
pembayaran bunya dari bank telak dikalkulasi secara tepat.
d. Pengujian atas
Keseimbangan atau Hasill Keseluruhan (Tests of Balances or Overall Results)
Auditor melakukan
pengujian ini agar bukti penting dalam penilaian akhir kehilangan atau
pencatatan yang keliru yang menyebabkan fungsi sistem informasi gagal dalam
memelihara data secara keseluruhan dan mencapai sistem yang efekti dan efesien.
Dengan kata lain, dalam tahap ini mementingkan pengamatan asset dan integritas
data yang obyektif.
e. Penyelesaian Audit
(Completion of The Audit)
Tahap terakhir ini,
auditor eksternal melakukan beberapa pengujian tambahan untuk mengoleksi bukti
untuk ditutup dengan memberikan pernyataan pendapat.
Metode Pengumpulan Data
Ada berbagai metode pengumpulan data
yang dapat dilakukan dalam sebuah penelitian. Metode pengumpulan data ini dapat
digunakan secara sendiri-sendiri, namun dapat pula digunakan dengan
menggabungkan dua metode atau lebih. Beberapa metode pengumpulan data antara
lain:
1. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data
yang dilakukan melalui tatap muka dan tanya jawab langsung antara peneliti dan
narasumber. Seiring perkembangan teknologi, metode wawancara dapat pula
dilakukan melalui media-media tertentu, misalnya telepon, email, atau skype. Wawancara
terbagi atas dua kategori, yakni wawancara terstruktur dan tidak terstruktur.
a. Wawancara terstruktur
Dalam wawancara terstruktur, peneliti
telah mengetahui dengan pasti informasi apa yang hendak digali dari narasumber.
Pada kondisi ini, peneliti biasanya sudah membuat daftar pertanyaan secara
sistematis. Peneliti juga bisa menggunakan berbagai instrumen penelitian
seperti alat bantu recorder, kamera untuk foto, serta
instrumen-instrumen lain.
b. Wawancara tidak
terstruktur
Wawancara tidak terstruktur adalah
wawancara bebas. Peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang berisi
pertanyaan-pertanyaan spesifik, namun hanya memuat poin-poin penting dari
masalah yang ingin digali dari responden.
2. Observasi
Observasi adalah metode pengumpulan data
yang kompleks karena melibatkan berbagai faktor dalam pelaksanaannya. Metode
pengumpulan data observasi tidak hanya mengukur sikap dari responden, namun
juga dapat digunakan untuk merekam berbagai fenomena yang terjadi. Teknik
pengumpulan data observasi cocok digunakan untuk penelitian yang bertujuan
untuk mempelajari perilaku manusia, proses kerja, dan gejala-gejala alam.
Metode ini juga tepat dilakukan pada responden yang kuantitasnya tidak terlalu
besar. Metode pengumpulan data observasi terbagi menjadi dua kategori, yakni:
a. Participant
observation
Dalam participant observation,
peneliti terlibat secara langsung dalam kegiatan sehari-hari orang atau situasi
yang diamati sebagai sumber data.
b. Non participant
observation
Berlawanan dengan participant
observation, non participant observation merupakan observasi yang penelitinya
tidak ikut secara langsung dalam kegiatan atau proses yang sedang diamati.
3. Angket (kuesioner)
Kuesioner merupakan metode pengumpulan
data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan
tertulis kepada responden untuk dijawab. Kuesioner merupakan metode pengumpulan
data yang lebih efisien bila peneliti telah mengetahui dengan pasti variabel
yag akan diukur dan tahu apa yang diharapkan dari responden. Selain itu
kuesioner juga cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar dan tersebar
di wilayah yang luas.
Berdasarkan bentuk pertanyaannya,
kuesioner dapat dikategorikan dalam dua jenis, yakni kuesioner terbuka dan
kuesioner tertutup. Kuesioner terbuka adalah kuesioner yang memberikan
kebebasan kepada objek penelitian untuk menjawab. Sementara itu, kuesioner
tertutup adalah kuesioner yang telah menyediakan pilihan jawaban untuk dipilih
oleh objek penelitian. Seiring dengan perkembangan, beberapa penelitian saat
ini juga menerapkan metode kuesioner yang memiliki bentuk semi terbuka. Dalam
bentuk ini, pilihan jawaban telah diberikan oleh peneliti, namun objek
penelitian tetap diberi kesempatan untuk menjawab sesuai dengan kemauan mereka.
4. Studi Dokumen
Studi dokumen adalah metode pengumpulan
data yang tidak ditujukan langsung kepada subjek penelitian. Studi dokumen
adalah jenis pengumpulan data yang meneliti berbagai macam dokumen yang berguna
untuk bahan analisis. Dokumen yang dapat digunakan dalam pengumpulan data
dibedakan menjadi dua, yakni:
a. Dokumen primer
Dokumen primer adalah dokumen yang
ditulis oleh orang yang langsung mengalami suatu peristiwa, misalnya:
autobiografi
b. Dokumen sekunder
Dokumen sekunder adalah dokumen yang
ditulis berdasarkan oleh laporan/ cerita orang lain, misalnya: biografi.
Referensi